Minggu, 25 Maret 2012

BAGIAN-BAGIAN KTI


KRATON JOGJAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 – 50 % kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat persalinan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil dan bersalin (Prawirohardjo, 2002).


Kematian ibu dan perinatal merupakan tolak ukur kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara. Oleh karena itu Depkes RI mengupayakan kebijaksanaan untuk mempercepat penurunan AKI dengan mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan serta dengan melaksanakan pelayanan obstetric seadekuat mungkin pada waktu hamil (Prawirohardjo, 2005).

Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun, dengan kematian maternal dan neonatal mencapai 99 % berada di negara berkembang. Angka Kematian Ibu (AKI) diIndonesia tahun 2005 adalah 290,8 per 100.000 kelahiran hidup, namun demikian kondisi ini belum berubah status Indonesia sebagai Negara dengan AKI tertingggi di Asia Tenggara. Begitu juga dengan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mengalami penurunan yaitu dari 68 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002.
Akan tetapi, angka tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN. Hal ini terjadi karena masih minimnya dana pelayanan kesehatan dan rendahnya askes para ibu terhadap sarana pelayanan kesehatan yang berkualitas dikarenakan jumlah fasilitas tersebut masih relative terbatas dan belum merata penyebarannya. Selain itu juga dikarenakan masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kehamilannya

Penyebab kematian ibu sangat kompleks yaitu menyangkut aspek medis, sosial ekonomi, demografi dan budaya. Ditinjau aspek medis, penyebab yang paling dominan adalah penyebab obstetrik langsung seperti perdarahan, infeksi, preklamsia/eklamsia, persalinan lama dan aborsi. Status wanita yang rendah, perkawinan pada usia muda, kurangnya akses terhadap aktivitas ekonomi dan dominasi pria dalam mengambil keputusan ditingkat rumah tangga merupakan faktor yang ikut berperan. Tradisi budaya yang kurang mendukung, status sosial ekonomi wanita dan keluarganya yang rendah disertai dengan kurangnya pengetahuan dan persepsi tentang kesehatan reproduksi mengakibatkan terbatasnya pemahaman dan akses wanita terhadap pelayanan kesehatan

Saat ini wanita dapat memilih melahirkan di rumah ataupun di Rumah Sakit. Keadaan ini cukup berbeda jika dibandingkan dengan beberapa dekade silam di mana sebagian besar wanita melahirkan di rumah dibantu oleh bidan. Di negara-negara maju seperti Inggris, melahirkan di rumah kini biasa dilakukan para ibu hamil, tentu saja karena faktor kenyamanan.
Melahirkan di rumah bisa menawarkan kenyamanan dan ketentraman yang tidak didapatkan di rumah sakit, yang nantinya dapat membantu rasa percaya diri ibu saat melahirkan

Terdapat kasus kematian di Banjawa, 3 ibu hamil memilih bersalin dirumah hal ini disebabkan karena mendapatkan penyulit pada saat proses persalinan dirumah, para ibu banyak memilih bersalin dirumah karena suami tidak membawa ibu kepetugas kesehatan dan ibu juga tidak mau repot membawa semua peralatan untuk bersalin disana, melainkan suami memanggil petugas kesehatan untuk menolong persalinan ibu dirumah. Sementara 44,3% ibu di daerah Balik Papan juga memilih bersalin dirumah, hal ini karena faktor kenyamanan yang dirasakan oleh ibu selama proses melahirkan
(Dinas kesehatan Bontang, 2006).

Berdasarkan hasil presurvey terhadap ibu di wilayah kerja Puskesmas  didapatkan data bahwa  6 dari 10 ibu (60%) memilih melahirkan di rumah.  Biasanya umur ibu lebih dari 20 tahun dengan jumlah anak lebih dari 2 orang. Oleh karena itu penulis terdorong untuk mengetahui karakeristik ibu yang memilih bersalin di rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas

1.2  Rumusan Masalah

Di negara maju seperti Inggris melahirkan dirumah kini biasa dilakukan oleh ibu hamil karena dapat membantu rasa percaya diri, sedangkan 44,3% ibu di daerah Balik Papan juga memilih melahirkan di rumah.
Berdasarkan hasil presurvey di wilayah kerja Puskesmas ZZZ,  didapatkan hasil bahwa (60%) ibu yang melahirkan dirumah  karena faktor kenyamanan dan ketentraman pada saat melahirkan yang tidak didapatkan jika ibu melahirkan di Puskesmas atau di Rumah Sakit, dan biasanya ibu yang berumur lebih dari 20 tahun yang memilih bersalin dirumah. Dengan demikian, maka penulis merumuskasn masalah penelitian yaitu  “Bagaimana karakeristik ibu yang memilih bersalin di rumah pada wilayah kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2009”


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana karakeristik ibu yang memilih bersalin di rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2009.


1.3.2 Tujuan Khusus
       1.      Untuk mengetahui usia ibu yang memilih bersalin di rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas        Tahun 2009.
        2.      Untuk mengetahui keterjangkauan sarana ibu yang memilih bersalin di rumah dengan pusat kesehatan pada Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2009.
        3.      Untuk mengetahui keputusan keluarga yang memilih bersalin di rumah di Wilayah Kerja PuskesmasTahun 2009.
1.4   Manfaat Penelitian
      1.   Bagi Peneliti
Sebagai informasi yang dapat menambah pengetahuan dan pemahaman  tentang karakeristik ibu yang memilih bersalin di rumah.
      2.  Bagi petugas kesehatan
Sebagai bahan informasi atau masukan mengenai karakeristik ibu yang memilih bersalin di rumah, yang diharapkan dapat meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai alternatif pemilihan tempat bersalin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar